Kamis, 28 September 2023

Kedekatan Soekarno Dengan Uni Soviet

Bung Karno, seorang tokoh penting di Indonesia, memiliki banyak koneksi dan hubungan dengan negara-negara di seluruh dunia. Salah satu hubungan yang cukup dekat adalah dengan Uni Soviet. Kedekatan Soekarno dengan Uni Soviet diawali pada awal tahun 1950-an, ketika dia mulai memimpin Indonesia sebagai presiden. Berikut adalah beberapa fakta tentang kedekatan Soekarno dengan Uni Soviet.

1. Kunjungan ke Uni Soviet
Pada tahun 1955, Soekarno melakukan kunjungan ke Uni Soviet selama dua bulan. Selama kunjungannya, dia bertemu dengan banyak pemimpin Uni Soviet, termasuk Nikita Khrushchev, yang merupakan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet pada saat itu. Kunjungan ini dimaksudkan untuk memperkuat hubungan antara Indonesia dan Uni Soviet.

2. Bantuan militer dan ekonomi
Setelah kunjungan ke Uni Soviet, Indonesia mulai menerima bantuan militer dan ekonomi dari negara tersebut. Bantuan militer termasuk senjata, pesawat tempur, dan peralatan militer lainnya. Sementara itu, bantuan ekonomi termasuk bantuan dalam pembangunan industri, infrastruktur, dan pertanian.

3. Pembangunan Monumen Nasional
Uni Soviet membantu Indonesia dalam pembangunan Monumen Nasional atau Monas yang terletak di Jakarta. Monas adalah sebuah menara setinggi 132 meter yang dibangun untuk memperingati perjuangan Indonesia melawan penjajah Belanda. Pembangunan Monas dibiayai oleh bantuan dari Uni Soviet.

4. Persahabatan antara Soekarno dan Khrushchev
Selama kunjungan Soekarno ke Uni Soviet, dia dan Khrushchev terlihat akrab dan bersahabat. Mereka berbicara tentang berbagai hal, termasuk politik dan ekonomi. Soekarno bahkan memberikan hadiah kuda kepada Khrushchev, yang kemudian dinamai ‘Bung Karno’ oleh pemimpin Uni Soviet tersebut.

5. Pengaruh ideologi komunis
Kedekatan Soekarno dengan Uni Soviet juga mempengaruhi ideologi politiknya. Soekarno memperkenalkan konsep Nasakom, singkatan dari nasionalisme, agama, dan komunisme. Konsep ini terinspirasi dari pemikiran dan ideologi yang dia pelajari dari Uni Soviet. Namun, konsep ini tidak populer di Indonesia dan akhirnya dihapus setelah Soeharto mengambil alih kekuasaan pada tahun 1965.

Kedekatan Soekarno dengan Uni Soviet merupakan salah satu hubungan politik dan ekonomi yang penting bagi Indonesia pada masa itu. Meskipun hubungan ini berakhir setelah Soeharto mengambil alih kekuasaan pada tahun 1965, hubungan Indonesia dengan Uni Soviet terus berlanjut dan bahkan meningkat selama beberapa dekade berikutnya.